Rabu, 24 November 2010

Tafsir Surat Al Ikhlash



﴿ سورة الإخلاص ﴾
]  Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي


Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi




Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad



2009 - 1430






﴿ سورة الإخلاص
« باللغة الإندونيسية »


تأليف: د.أمين بن عبد الله الشقاوي



ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو




2009 - 1430
         
TAFSIR SURAT AL-IKHLAS

            Segala puji bagi Allah dan cukuplah kepadaNya kita memuji, semoga salam tetap tercurahkan kepada para hamba-hambaNya yang terpilih, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang tiada sekutu bagiNya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Wa Ba’du:
          Sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur’an ini agar ayat-ayatnya direnungkan dan amalkan. Allah swt berfirman:
ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& y7øs9Î) Ô8t»t6ãB (#ÿr㍭/£uÏj9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä t©.xtFuŠÏ9ur (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇËÒÈ
29.  Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. QS. Shaad: 29
Dan Allah telah menjadikan Al-Qur’an sebagai penwar bagi berbagi penyakit, sebagai cahaya dan petunjuk. Allah swt berfirman:
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9   Ÿwur ߃Ìtƒ tûüÏJÎ=»©à9$# žwÎ) #Y$|¡yz ÇÑËÈ
82.  Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. QS. Al-Isro’: 82
Allah swt berfirman:
3 ö@è% uqèd šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur (
44.  Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin.QS. Fusshilat: 44
Di antara surat Al-Qur’an yang sering terdengar pada pendengaran kita dan sangat perlu untuk direnungkan dan fikirkan adalah surat Al-Ikhlas. Allah swt berfirman:
ö@è% uqèd ª!$# îymr& ÇÊÈ ª!$# ßyJ¢Á9$# ÇËÈ öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr& ÇÍÈ
1.  Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." QS. Al-Ikhlas: 1-4
          Dari Anas ra menceritakan seorang lelaki dari Anshor mengimami masyaraktnya di mesjid Quba. Dan setiap kali dia kali membaca surat tertentu di dalam shalatnya maka dia selalu membukanya dengan:
ö@è% uqèd ª!$# îymr&
Sehingga begitu selesai membaca surat Al-Ikhlas maka barulah dia melanjutkannya dengan membaca surat yang lain. Dan hal tersebut dikerjakannya pada setiap rekaat dari shalat. Para shahabat yang lain berkata kepadanya: Sesungguhnya engaku selalu membuka bacaanmu dengan surat ini kemudian engkau melihat bahwa bacaan shalatmu tidak sempurna sehingga engakau menambahkannya dengan surat yang lain, sebaikan anda membaca surat ini (Al-Ikhlas) atau engkau meninggalkan membacanya dan menggantikannya dengan surat yang lain. Imam tersebut menjawab: Aku tidak akan meninggalkannya. Maka jika kalian senang aku sebagai imam kalian dalam shalat dan tetap membaca surat tersebut maka saya tetap menjadi imam. Namun jika kalian tidak menyenangi tindakan saya itu maka aku akan meninggalkan kalian, dan mereka melihat bahwa orang tersebut adalah pribadi yang paling baik di antara mereka dan mereka tidak suka jika ada orang lain selain dirinya mengimami masyarakat. Lalu pada saat mereka datang kepada Nabi saw merekapun memberitahukan tentang tindakan imam mereka. Maka Nabi saw bertanya kepadanya: Wahai fulan!, apakah yang menegahmu melakukan apa yang diperintahkan oleh para shahabatmu, dan apakah yang mendorongmu untuk selalu membaca surat ini pada setiap raka’at?. Imam tersebut menjawab: Aku mencintainya. Di dalam sebuah riwayat disebutkan: Sebab surat tersebut mengandung sifat Allah Yang Maha Penyayang.[1] Lalu Rasulullah saw bersabda: Cintamu kepada surat tersebut memasukkanmu ke dalam surga”.[2]
Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra berkata: Nabi saw berkata kepada para shahabatnya: Apakah salah seorang di antara kalian merasa tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur’an pada setiap malam?. Maka hal ini menyulitkan bagi para shahabat, lalu mereka bertanya: Siapakah di antara kita yang mampu melakukan hal tersebut wahai Rasulullah?. Maka Nabi saw bersabda: (الله الواحد الصمد) adalah sepertiga Al-Qur’an. Dan Nabi saw menjadikan surat ini sebagai penawar ditambah dengan surat-surat yang lain. Dan semua ayat-ayat Al-Qur’an adalah penawar bagi penyakit.
Dari Aisyah ra bahwa apabila Nabi saw akan beranjak tidur pada setiap malamnya maka beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu meniup pada keduanya:
ö@è% uqèd ª!$# îymr&
ö@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ È,n=xÿø9$#
ö@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$#
Kemudian beliau mengusap bagian jasad yang bisa dijangkau dengan tangannya, mulai dari kepala, wajah dan bagian depan jasad beliau,  dan beliau mengerjakan hal tersebut selama tiga kali.[3]
Allah swt berfirman:( ö u ªîymr&!$# qèd@è% (Ibnu Katsir berkata: Yaitu Dialah Allah, Yang Esa lagi Tunggal, Yang tidak seorangpun setara denganNya, tidak ada pendamping bagiNya, tidak ada tandingan bagiNya, tidak ada yang serupa dan tidak seorangpun yang sama denganNya, dan lafaz ini tidak boleh dinisbatkan secara mutlak kepada seorangpun dari makhluk Allah kecuali untuk Allah semata sebab Dialah Zat Yang Maha Sempurna dakan sifat dan perbuatanNya”.[4]
Firman Allah swt: (ªßyJ¢Á9$#!$#) Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata: Zat yang berantung kepadaNya seluruh makhluk dalam kebutuhan dan masalah mereka. Dan orang-orang Arab memberikan gelar bagi pemuka-pemuka mereka dengan sebutan: Ash-shomad. Abu Wa’il berkata: Ash-shomad adalah  peminpin yang memiliki kekuasaan yang tertinggi.
Dan firman Allah swt:
öNs9 ô$Î#tƒ öNs9ur ôs9qムÇÌÈ öNs9ur `ä3tƒ ¼ã&©! #·qàÿà2 7ymr&
Maksudnya adalah tidak memiliki orang tua, anak dan teman.
Mujahid berkata: (ö¼ãymr& #·qàÿà2 &©!`ä3tƒNs9ur7) maksudnya adalah shohibah (teman sebagai pasangan hidup). Dan yang dimaksud dengan kata shahibah adalah istri. Sebagaimana firman Allah swt:
ßìƒÏt/ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( 4¯Tr& ãbqä3tƒ ¼çms9 Ó$s!ur óOs9ur `ä3s? ¼ã&©! ×pt6Ås»|¹ ( t,n=yzur ¨@ä. &äóÓx« ( uqèdur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ×LìÎ=tæ ÇÊÉÊÈ
101. Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu. QS. Al-An’am: 101
Makasudnya adalah Allah sebagai Zat yang memiliki segala sesuatu dan sebagai Penciptanya. Lalu bagaimana pantas Zat yang menciptakan akan memiliki kesamaan dengan dan kesetaraan serta tandingan dari makhlukNya, atau dia memiliki pembantu dekat yang selalu dekat denganNya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi.
Allah swt berfirman:
(#qä9$s%ur xsƒªB$# ß`»oH÷q§9$# #V$s!ur ÇÑÑÈ ôs)©9 ÷Läê÷¥Å_ $º«øx© #tŠÎ) ÇÑÒÈ ßŠ%x6s? ßNºuq»yJ¡¡9$# tbö©ÜxÿtGtƒ çm÷ZÏB ,t±Ys?ur ÞÚöF{$# ÏƒrBur ãA$t6Ågø:$# #ƒyd ÇÒÉÈ br& (#öqtãyŠ Ç`»uH÷q§=Ï9 #V$s!ur ÇÒÊÈ $tBur ÓÈöt7.^tƒ Ç`»uH÷q§=Ï9 br& xÏ­Gtƒ #µ$s!ur ÇÒËÈ bÎ) @à2 `tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur HwÎ) ÎA#uä Ç`»uH÷q§9$# #Yö7tã ÇÒÌÈ ôs)©9 ÷Lài9|Áômr& öNèd£tãur #ttã ÇÒÍÈ
88. Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". 89.  Sesungguhnya kamu Telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, 90.  Hampir-hampir langit pecah Karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
91.  Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. 93.  Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. 94. Sesungguhnya Allah Telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. QS.Maryam: 88-94
Dari Abi Musa Al-Asya’ri ra bahwa Nabi saw bersabda: Tidak ada seorangpun yang lebih bersabar mendengar celaan selain Allah, mereka mengatkan bahwa Dia memiliki anak kemudian Dia memaafkan mereka dan memberikan rizki bagi mereka”.[5]
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Allah swt berfirman: Anak Adam telah mendustakanku dan tidak sepantasnya dia melakukan hal tersebut. Dia mencelaku padahal dia tidak pantas terhadap hal tersebut.  Adapun pendustaannya terhadapku adalah dia berkata: Allah tidak akan mengembalikanku sebagaimana dia memulai penciptaanku, padahal tidaklah awal penciptaan tersebut lebih mudah daripada mengembalikannya. Adapun celaannya terhadapku adalah dia mengatakan Allah memiliki anak, padahal Aku adalah Zat Yang Esa dan segala sesuatu bergantung kepadaKu, Aku tidak pernah melahirkan dan dilahirkan dan tidak ada seorangpun yang setara denganKu”.[6]
          Di antara pelajaran yang bias dipetik dari surat di atas adalah:
Petama: Menetapkan keesaan Allah swt dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan Nashrani yang menjadikan bagi Allah anak. Allah swt berfirman:
ÏMs9$s%ur ߊqßguø9$# í÷ƒtãã ßûøó$# «!$# ÏMs9$s%ur t»|Á¨Y9$# ßxŠÅ¡yJø9$# ÚÆö/$# «!$# ( šÏ9ºsŒ Oßgä9öqs% óOÎgÏdºuqøùr'Î/ ( šcqä«Îg»ŸÒムtAöqs% tûïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 `ÏB ã@ö6s% 4 ÞOßgn=tG»s% ª!$# 4 4¯Tr& šcqà6sù÷sムÇÌÉÈ
30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?. QS. Al-Taubah: 30
Kedua: Surat ini mengandung nama Allah yang agung, yang jika seseorang dengannya niscaya dia akan dipekenankan  dan apabila dia berdo’a maka do’anya akan dikabulkan.
Dari Abdillah bin Buraidah dari Bapakanya ra bahwa Nabi saw mendengar seorang lelaki berdo’a:
اللهم إني أسألك أني أشهد أنك أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد الذي لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد
(Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu, karena sesungguhnya aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dirimu Yang Maha Esa, Yang bergantung kepada Dirimu segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara denganNya). Maka Nabi saw bersabda setelah mendengar munajat orang tersebut: Sungguh engkau telah memohon kepada Allah dengan namaNya yang apabila engkau bertanya dengannya niscaya Dia akan memperkenankan permohonanmu dan jika engkau berdo’a dengannya maka Dia pasti menerima do’amu”.[7]
Ketiga: Disunnahkan untuk dibaca ketika hendak tidaur malam, sebgaimana yang dijelaskan di dalam keseharian prilaku Rasulullah saw, dan dianjurkan juga membacanya baik pada waktu pagi dan petang sejumlah tiga kali.
Dari Abdullah bin Hubaib ra berkata: Kami keluar pada malam yang gelap lagi hujan lebat untuk mencari Rasulullah saw agar beliau berkenan bersama kami lalu kamipun mendapatkan beliau saw: maka beliau bersabda: Apakah kalia telah mendirikan shalat”. Namun aku tidak menjawab apapun. Maka Nabi saw berkata kepada kami: katakanlah!. Namun aku tidak mengatakan sesuatu apapun. Kemudian beliau kembali berkata: Kataklah!, Namun aku tidak menjawab sesuatu apapun. Kemudian beliau kembali berkata: Kataklah!, lalu aku bertanya: Apakah yang semestinya aku katakana?. Beliau bersabda: Katakanlah:
(قل هو  الله أحد) dan Al-Mu’awwidzataini (al-falaq dan an-nas) pada saat pagi dan petang tiga kali maka dia menjagamu dari segala sesuatu”.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya.










[1] Shahih Bukhari: 4/379 no: 7375
[2] Shahih Bukhari: 1/252 no: 774
[3] Shahih Bukhari: 3/344 no: 5015 dan diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Darda’: 1/556 no: 811
[4] Tafsir Ibnu Katsir: halaman: 4/570
[5] Shahih Bukhari: 4/379 no: 7378
[6] Shahih Bukhari: 3/334 no: 4974
[7] Sunan Abu Dawud: 2/79 no: 1493

Tidak ada komentar:

Posting Komentar