Rabu, 24 November 2010

PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN


            Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan umat manusia di dunia ini. Dengan petunjuk Al-Qur’an, kehidupan manusia akan berjalan dengan baik, manakala mereka memiliki problema, maka problema itu dapat terpecahkan sehingga ibarat penyakit akan ditemukan obatnya dengan Al-Qur’an itu. Sebaliknya, tanpa petunjuk Al-Qur’an kehidupan manusia menjadi semraut, problematika hidup selalu bermunculan, satu masalah belum terselesaikan lalu muncul lagi masalah yang lebih rumit.

Oleh karena itu, menjadi amat penting bagi umat Islam untuk memahami Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya sehingga Al-Qur’an bisa kita pahami dengan benar lalu kita gunakan dengan sebenar-benarnya. Adapun sebagai da’i, memahami Al-Qur’an dengan baik menjadi lebih penting lagi agar kita bisa menda’wahkan Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Untuk bisa memahami Al-Qur’an dengan baik, ada beberapa pendekatan yang bisa kita lakukan.

1.      Memahami Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang antara satu dengan lainnya saling membenarkan dan menafsirkan, karenanya tidak akan kita temukan kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainnya, Allah berfirman yang artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an?. Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS 4:82).

Ada banyak contoh tentang memahami ayat dengan ayat Al-Qur’an juga, misalnya Ibnu Kasir menghubungan ayat 7 dari surat al fatihah (Jalan orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka…) dengan surat An Nisa:69 yang artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.

2.      Memahami Al-Qur’an Dengan Hadits.


3.      Memahami Al-Qur’an Dengan Asbabun Nuzul.

Tidak kurang dari sepertiga Al-Qur’an turun dengan asbabun nuzul (sebab turunnya Al-Qur’an). Ini berarti, untuk memahami maksud, tujuan dan kandungan Al-Qur’an harus kita lakukan melalui asbabun nuzul. Menurut Manna Khalil Al Qattan dalam bukunya Mabahits fi Ulumil Qur’an mendefinisikan asbabun nuzul: “Sesuatu hal yang karenanya Al-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan”.

Dengan memahami asbabun nuzul kita menjadi tahu latar belakang diturunkannya suatu ayat atau surat dan dengan itu pula kita menjadi makna dan kandungan suatu ayat dan surat serta terhindar dari pemahaman yang keliru dari kandungan yang sesungguhnya dari suatu ayat atau surat.

4.      Memahami Al-Qur’an Dengan Qaul Sahabat.
5.      Memahami Al-Qur’an Dengan Makna Katanya.
6.      Memahami Al-Qur’an Dengan Tafsir Para Ulama.

Kapasitas keilmuan kita yang belum memadai untuk memahami Al-Qur’an secara langsung tidak membuat kita harus berkecil hati untuk bisa memahami Al-Qur’an dengan baik, kita mungkin saja bisa memahami Al-Qur’an dengan baik dengan membaca dan mengkaji penafsiran dari para ulama ahli tafsir yang diakui oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya. Kita amat bersyukur karena para ulama itu sangat membantu kita dalam memahami Al-Qur’an dengan kitab yang mereka tulis, baik ulama dari dalam negeri kita sendiri seperti Prof. Dr. Hamka dengan Tafsir Al Azhar, Prof. Dr. Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ash shiddiki dengan tafsir An Nur, dll.

Sedangkan ulama lain antara lain: Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far At Tabari dengan tafsir At Tabari, Ismail bin Amr Al Qurasyi bin Kasir dengan tafsir Ibnu Kasir hingga Sayyid Quthb dengan tafsir Fi Zilalil Qur’an, dll.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar